HUTAN HUJAN TROPIS DATARAN TINGGI

Rabu, 19 Oktober 2011
Pengertian Hutan Hujan Tropis

Hutan adalah suatu masyarakat tumbuhan-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembab, dan curah hujan yang tinggi. Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan yang terletak pada 100 LU dan 100 LS. Ekosistem hutan hujan tropis terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000 – 4.000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 250C dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun dan rata-rata kelembaban udara sekitar 80%. Hutan hujan tropis adalah klimaks utama  hutan-hutan di dataran rendah yang mempunyai tiga stratum tajuk, yaitu stratum A, B dan C.
Menurut asal-usul pembentukan hutan hujan tropis, diketahui bahwa hujan hujan tropis merupakan komunitas hasil interaksi antara iklim regional dan biota regional. Vegetasi hutan hujan tropis tidak akan pernah mengalami gugur daun seperti hutan yang ada di daerah-daerah subtropis, seperti sebagian besar Eropa, Asia Timur, dan daerah Asia Barat. Sehingga dedaunan yang hidup didaerah hutan hujan tropis akan selalu berwarna hijau sepanjang tahun (evergreen). Keanekaragaman jenis yang hidup dihutan hujan tropis ini sangat tinggi. Fauna hutan hujan tropis menempati semua lapisan tajuk. Kebanyakan hewan yang hidup merupakan hewan nokturnal (hewan yang aktif pada malam hari) dan arboreal (hewan yang hidup dipohon).

Ciri-Ciri Hutan Hujan Tropis

Pada umumnya wilayah hutan hujan tropis dicirikan oleh adanya 2 musim dengan perbedaan yang jelas, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Ciri lainnya adalah suhu dan kelembapan udara yang tinggi, demikian juga dengan curah hujan, sedangkan hari hujan merata sepanjang tahun.
Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750 mm pertahun dan 2.000 milimeter pertahun. Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F) di sepanjang tahun. Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini, yaitu :
  1. Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tidak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
  2. Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
  3. Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya tumbuh-tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya rotan, anggrek, dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan. Itu semua merupakan ciri umum bagi ekosistem hutan hujan tropis. Selain ciri umum yang telah dikemukakan di atas, masih ada ciri yang dimiliki ekosistem hutan hujan tropis, yaitu kecepatan daur ulang sangat tinggi, sehingga semua komponen vegetasi hutan tidak mungkin kekurangan unsur hara. Jadi, faktor pembatas di hutan hujan tropis adalah cahaya, dan itu pun hanya berlaku bagi tumbuh-tumbuhan yang terletak di lapisan bawah. Dengan demikian, herba dan semak yang ada dalam hutan adalah spesies-spesies yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh di bawah naungan pohon.

Persebaran Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis dijumpai di daerah dengan curah hujan tinggi. Di hutan ini ada banyak pohon besar dan berbagai jenis tanaman lain. Hutan ini ada di daerah tropis yang panas dan lembab di Queensland, di daerah pantai Australia bagian timur dan di Tasmania yang beriklim sedang, basah, dan sejuk. Hutan jenis ini ada hubungannya dengan hutan yang ada di Indonesia dan di Asia Tenggara. Hal ini karena dulu pada zaman es permukaan laut yang lebih rendah telah menghubungkan Australia dengan Irian Jaya sehingga hutan-hutan ini meluas.
Pada hutan hujan tropis matahari bersinar sangat kuat dan dengan kuantitas waktu yang sama setiap hari sepanjang tahun, menjadikan iklim hangat dan stabil. Negara-negara dengan jumlah hutan hujan terbesar adalah: Brazil, Kongo, Republik Demokratik, Peru, Indonesia, Kolombia, Papua Nugini, Venezuela, Bolivia, Meksiko semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Malaysia.dan Suriname.

Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Ketinggian Tempat

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zon atau wilayah sebagai berikut :
  1. Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0 – 1.000 m dpl.
  2. Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000 – 3.300 mdpl
  3. Zona 3 dinamakan hutan hujan dataran tinggi atau hutan hujan atas karena terletak pada ketinggian tempat 3.300 – 4.100 mdpl.

Dampak Kerusakan Hutan Hujan Tropis

Menurut data State of the World’s Forests 2007’ yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization’s (FAO), angka deforestasi Indonesia pada tahun 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Sedangkan Brazil dalam kurun waktu yang sama 3,1 juta hektar/tahun dengan gelar kawasan deforestasi terbesar di dunia. Namun karena luas kawasan hutan total Indonesia jauh lebih kecil daripada Brasil, maka laju deforestasi Indonesia menjadi jauh lebih besar. Laju deforestasi Indonesia adalah 2% per tahun, dibandingkan dengan Brasil yang hanya 0.6%. Tingginya angka deforestasi ini, juga terlihat di Jambi, berdasarkan analisis peta citra satelit yang dilakukan KKI Warsi dan Birdlife Indonesia, dalam kurun 10 tahun Jambi kehilangan 1 juta hektar hutannya. penyebabnya ketidakmampuan aparat penegak hukum untuk mengegakkan aturan untuk menghentikan aksi-aksi destruktive logging. Padahal segala dampak nyata akibat kerusakan hutan telah dirasakan, banjir, kekeringan, erosi, longsor, sedimentasi dan sebagainya
Dampak lainnya yang juga kini mengancam manusia akibat laju kerusakan hutan adalah berkembangnya berbagai virus yang mematikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Hadi S Alikodra, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Menurutnya perkembangan virus flu burung yang telah merenggut puluhan jiwa Orang Indonesia sejak dua tahun belakangan ini tidak lepas dari deforestasi yang tinggi di negeri ini. Jumlah mikroba yang hidup di alam seimbang dengan ekosistemnya sehingga tidak sampai menyerang manusia. Tetapi, tanpa sadar, manusialah yang merusak ekologi mikroba tersebut. Hasilnya keseimbangan hidup mikroba pun berubah. Dan perubahan itu menyebabkan mikroba mengalami transformasi dalam kehidupannya. Mikroba transformatif itulah yang akhirnya menyerang manusia.
Flu burung merupakan penyakit yang menular lewat pernafasan. Berdasarkan penelitiannya di Cina, penyebab kedua penyakit tersebut adalah polusi udara dan penebangan hutan yang sewenang-wenang. Polusi udara di Cina saat ini sudah mencapai tahap yang sangat berbahaya. Kondisi tersebut ditambah lagi dengan minimnya suplai oksigen (O2) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Seperti diketahui, suplai oksigen terbesar berasal dari hutan. Jika hutan itu rusak, maka suplai oksigen pun berkurang. Dampaknya luar biasa : mikroba akan tumbuh subur dan perkembangbiakannya tak terkendali. Sebab, oksigen – yang bila terkena sinar ultraviolet dari matahari berubah menjadi ozon (O3) dan O nascend – adalah pembunuh mikroba dan virus yang amat efektif.
Bila oksigen itu berkurang, pembunuh mikroba dan virus pun berkurang. Dampaknya, mikroba dan virus akan makin berkembang, hingga muncullah varian baru virus flu burung HxNy, dengan yang kini menyerang manusia merupakan farian H5N1. So, apakah kita akan birakan hutan hancur dan virus, bakteri dan mikroba lain yang selama ini hidup tenang dihabitatnya gentayangan dengan beragam varian dan siap menyerang manusia.
 

Hutan Hujan Tropis Dataran Tinggi

Hutan hujan tropis dataran tinggi (hutan hujan pegunungan atas) merupakan tipe ekosistem atau formasi hutan yang merupakan areal dengan ketinggian > 3.300 mdpl. Hutan ini menempati wilayah pedalaman dengan keadaan tanah yang kering, jenis tanah yang bermacam-macam dan iklim yang selalu basah. Flora dan fauna yang ditemukan di sini berbeda dengan tumbuh-turnbuhan di tipe hutan lainnya, karena telah mengadopsi strategi dalam menanggulangi kondisi lingkungan yang keras. Hutan pegunungan memiliki tumbuhan yang relatif pendek dan kerdil (biasanya kurang dari 10 meter) serta ditutupi lumut dan tumbuhan sebangsa lumut lainnya.
            Tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran tinggi pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar.  Pada ekosistem ini kerapatan tumbuhan sudah jarang, pohon yang besar dan tinggi sudah mulai jarang dijumpai, begitu juga dengan tumbuhan liana berkayu dan tanaman ephyphit. Jenis tanaman yang sering dijumpai adalah liana tidak berkayu (liana pada batang), tumbuhan berdaun sempit (berdaun jarum), lumut, semak dan herba. Jenis-jenis tumbuhan pada hutan hujan tropis dataran tinggi sangat dipengaruhi oleh curah hujan, suhu udara dan intensitas cahaya. Selain itu kesuburan tanah (bahan organik) yang terkandung pada tanah juga sangat menentukan. Pada hutan hujan dataran tinggi tanah tergolong miskin akan unsur hara. Sehingga hanya jenis-jenis tertentu saya yang mampu hidup dan bertahan dengan kondisi lingkungan yang tergolong ekstrim. Hal ini karena hutan hujan tropis memiliki laju kecepatan daur ulang yang rendah sehingga memaksa komponen vegetasi beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang miskin unsur hara. Sangat berbeda dengan hutan hujan tengah dan hutan hujan dataran tinggi yang memiliki  kecepatan daur ulang sangat tinggi, sehingga semua komponen vegetasi hutan tidak mungkin kekurangan unsur hara.

Flora Hutan Hujan Tropis Dataran Tinggi

Pada ekosistem hutan hujan dataran tinggi banyak mengandung spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus, dan Podocarpus. Di samping itu, juga ditemui spesies pohon Eugenia spp. dan Calophyllum, sedangkan di sebagian daerah Indonesia Barat dijumpai juga kelompok­ kelompok tegakan Leptospermum, Tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300 m. Tumbuhan utama penyusun hutan hujan tropis dataran tinggi adalah:

a.      Terna
Hutan hujan tropis dataran tinggi memiliki kanopi pohon yang jarang (tidak rapat), dengan penyinaran matarahi tinggi. Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan.  Banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalam iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti paku-pakuan dan paku lumut (Selaginella spp.). Terna dapat membentuk lapisan tersendiri, yaitu lapisan  semak-semak,  terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi, namun relatif jarang.
Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis dataran tinggi sangat baik. Hal ini disebabkan pencahayaan matahari untuk membantu proses fotosintesisnya tercukupi dengan baik. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa mencapai lantai hutan.

b.      Tumbuhan Pemanjat 

Pada hutan hujan tropis tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan pemanjat ini lebih dikenal dengan sebutan liana. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik, besar dan banyak, sehingga mampu memberikan salah satu sifat yang paling mengesankan dari hutan hujan tropis. Namun, pada hutan hujan tropis dataran tinggi liana berkayu sangat jarang dijumpai, namun pada beberapa jenis liana yang menyukai habitat miskin unsur hara seperti Nepenthes spp akan hidup subur.

c.       Pohon-Pohon Hutan 

Pada hutan hujan tropis terdapat tiga tipe kanopi, masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat causal saja. Hutan hujan tropis dataran tinggi tergolong kedalam tipe kanopi golongan C dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing.







0 komentar:

Posting Komentar